DAYA
ANTI BAKTERI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS
Oleh
Nugroho Tristyanto
Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang
INTISARI
Phaleria macrocarpa atau lebih dikenal dengan
Mahkota dewa adalah salah satu tanaman obat tradisional di Indonesia yang
banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, misalnya
menurunkan panas, mengurangi rasa sakit, dan lain-lain. Senyawa aktif mahkota
dewa yang berkhasiat sebagai anti bakteri adalah flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya anti bakteri ekstrak buah
Mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dan untuk
mengetahui konsentrasi bakteri/Minimum Bacterial Consentration.
Disiapkan
ekstrak buah Mahkota dewa yang sudah dikeringkan dan menjadi bubuk dengan
menggunakan etanol 96% sebagai pelarut, yang kemudian diuapkan dengan
evaporator untuk memperoleh ekstrak Mahkota dewa 100%. Tabung reaksi yang
berisi ekstrak yang bercampur dengan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) dengan konsentrasi
akhir 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% dikontakkan dengan kuman Staphylococcus
aureus dan di inkubasi 24 jam pada suhu 37ÂșC yang selanjutnya diamati
kekeruhannya. Untuk mengetahui MBC, digunakan media TYC (Tryptone
Yeast Cysteine) agar
diketahui dengan jelas yaitu konsentrasi bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Bakteriologi Program D3 Analis Medis Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya selama ± 1 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah
Mahkota dewa mempunyai daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus
yaitu pada konsentrasi terendah 90%.
Kata
kunci: Buah
Mahkota dewa, Staphylococcus aureus, Anti bakteri
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pada masa
sekarang obat-obatan tradisional
dianggap dan diharapkan dapat berperan dalam usaha peningkatan taraf kesehatan.
Penggunaan obat-obatan tradicional
sampai saat ini didasarkan pada hasil pengalaman atau pengetahuan yang
diteruskan secara turun temurun, belum didasarkan pada hasil penelitian dan
percobaan yang seksama. (Soedibyo, 1998)
Dalam pengembangan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tradicional,
perlu dilakukan suatu upaya penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat dan
keamanan suatu tanaman obat. Untuk itu harus dilakukan uji klinis dan ilmiah
untuk mengangkat tanaman obat tradicional sehingga dapat memberikan sumbangan
untuk bangsa dan dunia .( Hembing, 2002).
Mahkota
Dewa adalah salah satu tanaman obat yang sudah secara tradicional dikenal
sebagai obat asli Indonesia . Namun seperti sudah menjadi barang baru lagi
karena pernah lama ditinggalkan. Karena itu perlu dikenali, dipelajari dan
dimanfaatkan lagi tanaman obat ini agar berguna bagi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. (Ning Hermanto,2001). Saat ini pengobatan dengan
memanfaatkan Mahkota dewa semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum
dengan petunjuk beberapa pengobatan herbal. (Winarto,2003). Bukti-bukti turun
temurun tentang khasiatnya sudah banyak ditemukan dikalangan masyarakat , namun
pembuktian secara ilmiahnya masih sangat terbatas. Hasil penelitian Lidaswati
(2002) menunjukkan bahwa daging buah dan cangkang biji mengandung beberpa
senyawa antara lain : alkaloid, flavonoid, senyawa polifenol dan tanin.
Penelitian Lucie, 2003 menunjukkan bahwa biji Mahkota dewa sangant toksik,
sementara buahnya tidak. Zat
yang terkandung dalam buah Mahkota dewa meliputo alkaloid, tanin saponin
flavonoid polifenol.
Golongan senyawa dalam tanaman
yang berkaitan dengan aktivitas antikanker dan antioksidan antara lain adalah golongan
alkaloid, terpenoid, polifenol,flavonoid dan juga senyawa resin. (Mills
et al, 2000). Acuan pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga
Phaleria umumnya memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa aktif Mahkota dewa
yang berkhasiat sebagai anti bakteri adalah flavonoid, saponin, alkaloid dan
tanin (Sumastuti, 2002).
Senyawa
flavonoid, saponin, alkaloid dan taninyang terkandung didalam buah Mahkota dewa
dipercaya dapat membunuh bakteri secarapaten. Sudah terdapat beberapa
penelitian tentang efek antibakteri dari senyawa-senyawa tersebut misalnya
,ardo,2005 meneliti tentang efek antibakteri senyawa flavonoid terhadap bakteri
Streptococcus viridans.
Kegunaan dan Manfaat
Mahkota
dewa adalah salah satu tanaman asli Indonesia yang akhir-akhir ini popular
sebagai tanaman yang secara turun menurun dapat mengobati berbagai macam
penyakit. Beberapa manfaat Mahkota dewa berdasarkan berbagai jumlah ilmiah
adalah : pengujian aktifitas anti kanker ekstrak dari tanaman Mahkota dewa
dilakukan dengan menguji daya hambat pertumbuhan sel leukemia L 210 oleh
ekstrak tanaman secara invivtro. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak
tanaman memiliki nilai hambat pertumbuhan 50% dari sel leukemia setelah masa
inkubasi 48 jam. Batas minimal satu ekstrak tanaman untuk dapat dinyatakan
berpotensi sebagai suatu antikanker adalah 10 ug/ml (Lisdawati, 2002).
Hasil
uji efek antihistamin / anti alergi , ternyata bahwa masing-masing kadar
ekstrak daun / buah Mahkota dewa mempunyai efek antihistamin (Sumastuti, 2001).
Efek sitotoksik daun dan buah Mahkota dewa terhadap sel Hela ( sel kanker
rahim) secara invitro . efek hipoglikemik (penurun gula darah ) daun buah
Mahkota dewa . Efek hepatoprotektor (hati) . efek anti radang (anti inflamasi) dari
daun dan buah Mahkota dewa. Efek anti bakteri pada Staphylococcus dan
treptococcus sp.
Selain
itu peneliti yang sedang berjalan tentang efek Mahkota dewa terhadap kesehatan
, efek anti piretik (menurunkan panas), efek analgesic(mengurangi rasa sakit),
efek menurunkan kadar asam urat dalam darah, kardiovaskuler (efek pada jantung,
hipertansia, diuretic), bahan antiobesitas, anti hypercholesterolemia, efek
anti kejang, efek penenang, antioksidan. (Judichung, 2009).
Kandungan
Kimia
Kandungan kimia daun Mahkota dewa
mengandung antihistamin , alkaloid, saponin, dan polifenol (lignan). Kulit buah
mengandung flavonoid, alkaloid, dan saponin. (Setiawan,2005)
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa phenol yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa ini
merupakan zat warna merah ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan . Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon
yang terdiri dari 15 atom karbon , dimana 2 cincin karbon benzene C6 terikat
pada rantai propana C3 sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6
(Sovia, 2006).
Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya
berperan sebagai pigmen yang). memberi warna bunga, daun, dan buah namun juga
sangat enting bagi pertumbuhan, perkembangan dan pertahanan tubuh misalnya sebagai
enzim inhibitor, prekusor vahan toksik, melindungi tumbuhan dari bakteri ,
virus berperan dalam transfer energi , fotosĂntesis , dan juga sebagai
regulator hormon pertumbuhan dari tumbuhan . peneliti secara invitro maupun
invivo menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun
farmakologis, antara lain bersifat antibakteri , anti inflamasi, anti alergi,
anti karsinogen, anti oksidan dan melindungi pembuluh darah. (Carlo, 1999)
Alkaloid
Senyawa alkaloid adalah suatu
golongsn senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh
senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Semua senyawa alkaloid mengandung paling sedikit satu atom
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen
merupakan bagian dari cincin heterosiklik . senyawa alkaloid umumnya ditemukan
dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit
yang barasal dari jaringan tumbuhan. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai detokfikasi
yang dapat menetralisir racun didalam tubuh .(Sovia, 2006).
Saponin
Senyawa saponin merupakan jenis
glikosida yang terdapat dalam banyak tumbuhan dan dikarakteristikkan dengan
kemampuannya sebagai surfaktan. Saponin mempunyai sifat meyerupai sabun (Padua,
1999). Saponin bermanfaat sebagai sumber antibakteri dan anti virus,
meningkatkan sistim kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar
gula dalam darh, mengurangi penggumpalan darah.
Klasifikasi
Staphylococcus spp.
Kingdom : Eubacteria
Divisio : Fermicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceeae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus
aureus,
Staphylococcus
epidermidis,
Staphylococcus
saprophyticus.
Staphylococcus
sp. Adalah bakteri kelompok Gram positif yanng memilliki bentuk coccus atau
berbentuk bulat. Staphylococcus sp. Kebanyakan adalah mikroflora yang normal
hidup pada manusia . sering diketemukan di kulit dan selaput mukosa seperti
usus dan mulut. Bakteri staphylococcus merupakan bakteri Gram positif. Bakteri
staphylococcus memiliki bentuk sel bulat seperti bola. Umumnya, sel – sel
bakteri Staphylococcus tampak dibawah mikroskop dengan berkelompok membentuk
koloni mirip susunan buah anggur. Sebagian besar bakteri Staphylococcus berada
di permukaan kulit dan di hidung manusia.
Dalam Bergey’s Manual, sumber
referensi penggolongan bakteri 19 spesies Staphylococcus yang diketemukan,
hanya dua spesies yang interaksinya sangat signifikan dengan manusia. Species
itu adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Saat ini,
Staphylococcus albus dikenal dengan nama Staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus aureus dapat diketemukan didaerah sekitar hidung manusia ,
sedangkan Staphylococcus epidermidis sebagian besar berada di permukaan kulit
manusia. Pada sistim klasifikasi sebelumnya Staphylococcus berada dalam familia
Micrococcaceae . Karena setelah diselidiki Staphylococcus tidak mempunyai
hubungan genetis dengan Micrococcus , saat ini , Staphylococcus memiliki
familia sendiri, yaitu Staphylococcaeae . Staphylococcus adalah bakteri an
aerob fakultatif atau membutuhkan sangat sedikit oksigen untuk bisa bertahan
hidup.
Staphylococcus
aureus
Staphylococcus aureus bersifat
hemolitik ketika ditanam dalam darah. Sementara Staphylococcus epidermidis, non
hemolitik. Oleh sebab itu strain Staphylococcus aureus umumnya lebih patogen
dibanding Staphylococcus epidermidis. Hampir semua strain Staphylococcus aureus
mampu menghasilkan enzim koagulase atau enzim penggumpal. Bakteri yang mampu
menghasilkan koagulase, seperti Staphylococcus aureus , dianggap berpotensi
besar sebagai patogen yang mampu menginvasi sel lain . Pada Osteomielitis ,
Staphylococcus memang menjadi penyebab utama penyakit tersebut. Staphylococcus
aureus tumbuh pada pembuluh darah dalam tulang sehingga terjadi nekrosis pada
tulang dan kerapuan luar biasa serta mengeluarkan nanah yang tak bisa berhenti
hanya dalam hitungan bulan.
Staphylococcus aureus adalah Gram
positif coccus anaerobic fakultatif, yang muncul sebagai cluster seperti anggur
jika dilihat melalui mikroskop dan memiliki koloni bulat besar berwarna kuning
keemasan, sering dengan hemolisis ketika ditanam pada lempeng agar darah.
Memiliki sifat aerob fakultatif, artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu
namun dalam kondisi lain mampu bertahan hidup tanpa oksigen sama sekali.
Staphylococcus aureus tidak menghasilkan spora dan tidak bergerak, tetapi mampu
membentuk kapsul untuk melindungi diri. Ukuran selnya berkisar antar 0,8 – 1,0
um dan tumbuh optimal pada suhu normal tubuh manusia, kisaran 36 - 37° C.
bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi NaCl 3 M.
Staphylococcus aureus memiliki
kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan sinyal Oligopeptida , dan
memastikan jumlah tersebut cukup untuk memproduksi toksin dan enzim koagulase.
Enzim inilah yang berfungsi menggumpalkan fibrinogen didalam plasma darah
sehingga Staphylococcus aureus selamat dari fagositosis dan respon sistim
antibodi pada tubuh kita. Staphylococcus aureus dapat mengganggu sistim imun
pada tubuh manusia karena mengikat antibodi, menyerang membran sel dan
menyebabkan hemolisis , serta lekolisis yang mematikan sel tubuh manusia.
Staphylococcus
epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah
salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat
menyebabkan infeksi oportunistik ( menyerang individu dengan sistim kekebak\lan
tubuh yang lemah ). Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif,
koagulase negatif, katalase positif, Gram positif, berbentuk coccus dan
berdiameter 0,5 – 1,5 um .bakteri ini secara lalami hidup pada kulit dan
membran mukosa. Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri
ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari
orang-orang dilingkungan rumahsakit tersebut ( infeksi nosokomial ). Secara
klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas rendah,
seperti penderita AIDS, pasien kritis , pengguna obat terlarang ( narkotika ),
bayi yang baru lahir, dan pasien rumahsakit yang dirawat dalam waktu lama.
Beberapa bakteri patogen memproduksi enzim hidrolitik seperti protease dan
hialuronidase yang berfungsi untuk mendegradasi komponen matrik ekstraseluler
sehingga dapat merusak struktur jaringan inang.
Infeksi Staphylococcus epidermidis
berhubungan dengan perangkat intra vaskuler ( jantung buatan ), tetapi biasanya
terjadi pada sendi buatan, kateter dan luka besar. Infeksi kateter bersama
dengan kateter induced UTI menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah .
dalam hal ini, buang air kecil sangat menyakitkan.
Septicemia dan endokarditis termasuk
penyakit yang berhubungan dengan Staphylococcus epidermidis. Gejala yang timbul
adalah demam, sakit kepala dan kelelahan untuk anoreksia dan dyspenia.
Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal, terutama ketika bayi lahir dengan
berat badan sangat rendah. Sedangkan endokarditis adalah infeksi katub jantung
dan bagian lapisan dalam dari otot jantung. Staphylococcus epidermidis dapat
mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan lingkungan
Oleh karena itu peneliti ingin
meneliti daya antibakteri dari ekstrak buah Mahkota dewa terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Penelitian khasiat antibakteri ekstrak buah terhadap
bakteri Staphylococcus aureus menggunakan
metode dilusi dengan media Brain Heart Infution Broth.(BHI). Dimana peneliti
ingin mengetahui kadar antibakteri ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
Berdasarkan
latar uraian tersebut di atas permasalahan penelitian sebagai berikut; apakah ekstrak buah Mahkota dewa mempunyai
daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan berapa konsentrasi hambat minimal (MIC)
ekstrak buah Mahkota dewa terhadap Staphylococcus aureus ?
.
METODE
PENELITIAN
Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui adanya antibakteri ekstrak buah Mahkota dewa
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan berapa konsentrasi hambatan minimal (MIC)
ekstrak buah Mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Sampel penelitian ini menggunakan ekstrak buah Mahkota Dewa
(Phaleria Macrocarpa) dengan konsentrai
100 % , 90 %, 80 %, 70 %, dan 50 %.
Variabel penelitian terdiri dari:
1. Variabel
bebas : Ekstrak buah Mahkota Dewa
2. Variabel
Terikat : Koloni pertumbuhan kuman Staphylococcus aureus
3. Variabel
terkendali :
- Konsentrasi
ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria
Macrocarpa)
- Temperatur
saat inkubasi 37° C
- Lama
inkubasi
- Media Brain Heart Infution Broth.(BHI).
- Larutan
bakteri Staphylococcus aureus dengan kekeruhan 1,5 x 108 CFU / ml.
- Volume
ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)
- Volume
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat untuk membuat ekstrak buah Mahkota dewa antara lain; a. Timbangan, b. Pisau,
c. Blender, d. Corong Buchner, e. Labu alas bulat 1000 ml
2 Alat untuk uji kepekaan bakteri antara lain; a. Inkubator, b. Cawan
Petri, c.
Tabung reaksi dan Rak,
d. Mikropipet Steril,
e. Kawat Oese streril,
f. Lampu spiritus
3. Bahan Penelitian antara lain; a. Stock Staphylococcus aureus, b.
Ekstrak buah Makota
dewa (Phaleria
macrocarpa) dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%., c. Media
Brain Heart Infusion (BHI),
d. Media Tryptone Yeast Cysteine (TYC),
e. Aquadest sebagai
pengencer f. Larutan standart Mac. Farland g. Alkohol steril
Pembuatan ekstrak Mahkota dewa
Pembuatan ekstrak Mahkota dewa
Gbr 1 Alur
pembuatan ekstrak buah Mahkota dewa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada ekstrak
buah Mahkota dewa
dihasilkan cairan yang berwarna coklat. Tabung reaksi yang berisi ekstrak buah Mahkota dewa
yang dicampur dengan BHIB didapatkan konsentrasi akhir 100%,
90%, 80%, 70%, 60% dan 50%, dikontakkan dengan kuman Staphylococcus
aureus kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada
suhu 37˚C, setelah 24 jam tabung tersebut diamati kekeruhannya. Hal ini dapat
dilihat pada gambar
1
Gbr 2 Hasil uji kepekaan Staphylococcus aureus terhadap ekstrak buah Mahkota dewa
Keterangan :
Tabung 1 : kontrol (+)
Tabung 2 :
kontrol (-)
Tabung 3
- 8 : BHI + ekstrak
buah Mahkota dewa
+ Staphylococcus aureus
Untuk mengetahui MBC, perlu
dilakukan penanaman ulang dari tiap kultur Staphylococcus
aureus pada media TYC agar sehingga diketahui dengan jelas
yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Sebanyak
1 ose dari masing-masing tabung reaksi ditanam dalam media TYC agar dan
diinkubasikan selama 2x24 jam pada suhu 37˚C. Adanya pertumbuhan Staphylococcus
aureus ditandai dengan adanya koloni pada media (Gambar 2).
Keterangan
gambar :
Ekstrak buah Mahkota dewa
Konsentrasi 100%, 90% : tidak ada
pertumbuhan Staphylococcus aureus
Konsentrasi 80%, 70%, 60%, dan 50%: ada
pertumbuhan Staphylococcus aureus
Kontrol
(+) :
ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
Kontrol
(-) :
tidak ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
Pada TYC
agar ekstrak buah Mahkota dewa pada konsentrasi 100% dan 90% tidak terlihat pertumbuhan kuman Staphylococcus
aureus, sedangkan pada konsentrasi 80%, 70%, 60%, dan 50% tampak pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Pada ekstrak buah Mahkota dewa dengan
konsentrasi 90% merupakan konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini
berarti MBC
ekstrak buah Mahkota dewa
yang dapat menghambat Staphylococcus aureus adalah 90%.
Tabel
1
Hasil pengamatan pada media TYC ekstrak buah Mahkota dewa yang dapat menghambat pertumbuhan kuman Staphylococcus aureus.
Replikasi
|
Konsentrasi Ekstrak buah Mahkota dewa
|
|||||||
100%
|
90%
|
80%
|
70%
|
60%
|
50%
|
Kontrol (+ )
|
Kontrol ( - )
|
|
1
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
2
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
3
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
4
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
5
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
6
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Catatan :
(-) : tidak ada pertumbuhan Staphylococcus
aureus
(+) : ada pertumbuhan Staphylococcus
aureus
Pada penelitian yang telah
dilakukan terlihat bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mempunyai daya hambat
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dari enam
kali pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan rata-rata hasil
konsentrasi bakteri
minimum (MBC)
ekstrak buah Mahkota dewa pada
konsentrasi 90%.
Pembahasan
Pada
penelitian ini, uji daya hambat ekstrak buah Mahkota dewa terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dilakukan dengan mencampurkan suspensi Staphylococcus aureus dalam media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dan ekstrak
buah Mahkota dewa tersebut, kemudian diinkubasikan selama 24 jam dan dilakukan
pencatatan kekeruhan secara visual setelah 24 jam inkubasi. Kekeruhan yang
tampak pada tabung menunjukkan adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus karena ekstrak buah Mahkota dewa pada konsentrasi tersebut
tidak mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sementara tidak adanya kekeruhan pada tabung menunjukkan tidak
ada pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Oleh karena pencatatan
yang dilakukan secara visual dan hanya melalui kekeruhan yang tampak, maka
diperlukan penanaman ulang pada media TYC agar untuk memastikan ada tidaknya
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan diinkubasikan
selama 2x24 jam dalam inkubator.
Pada tabel 1
dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 80%, 70%, 60% ,50% dari ekstrak buah Mahkota dewa masih ada pertumbuhan Staphylococcus aureus sedangkan pada
konsentrasi 90% dan 100% tidak ditemukan
adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus sehingga pada konsentrasi 90% merupakan
konsentrasi bakteri minimum (MBC) ekstrak buah Mahkota dewa terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Tidak tumbuhnya
Staphylococcus
aureus tersebut
kemungkinan adanya kandungan bahan aktif pada ekstrak buah Mahkota dewa yaitu
saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol. Kandungan bahan aktif yang berfungsi
sebagai anti bakteri yaitu, saponin dan flavonoid. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Adanya pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada media TYC agar disebabkan adanya kadar bahan aktif yang
memiliki daya anti bakteri, yaitu flavonoid, dan saponin kurang efektif dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Tidak adanya
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media TYC agar disebabkan oleh sifat bakterisid
dari bahan aktif tersebut efektif untuk membunuh Staphylococcus aureus.
Penelitian
ini hanya menentukan efektivitas ekstrak buah Mahkota dewa dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan tidak dilakukan pengujian untuk menentukan bahan
aktif apa saja yang terkandung dalam buah Mahkota dewa yang diduga berperan
sebagai anti bakteri dan banyaknya kandungan bahan aktif tersebut pada buah
Mahkota dewa.
Antimikroba
terbagi menjadi lima golongan berdasarkan sifat penghambatannya terhambat
mikroba, yaitu anti septik dan
desinfektan, anti
mikroba sistemik, anti
mikrobakterial, anti fungal dan anti virus. Dari penelitian ini didapatkan bahwa flavonoid dalam ekstrak buah Mahkota dewa merupakan unsur yang penting. Pada penelitian ini tidak
dilakukan pengukuran kadar tannin pada kedua jenis ekstrak buah Mahkota Dewa,
namun pada journal American Dental Association tahun 1998 disebutkan bahwa buah
Mahkota Dewa mengandung flavonoid dengan konsentrasi tinggi. (Anonim, 2004).
Flavonoid
mempunyai sifat anti bakteri karena
mampu bereaksi dengan DNA bakteri. Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim
glukosiltransferase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Hasil interaksi ini menyebabkan
terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom.
Ekstrak buah
Mahkota dewa terbukti dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Dari hasil penelitian tentang
daya hambat ekstrak buah Mahkota dewa terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ini telah diketahui bahwa ekstrak buah Mahkota dewa memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus karena kandungan bahan aktif di dalamnya, yaitu
flavonoid, alkaloid dan saponin.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
untuk melihat daya anti bakteri ekstrak buah Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat disimpulkan
bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus yaitu 90% yang merupakan konsentrasi terendah.
Saran
Hendaknya
dilakukan penelitian terhadap bahan alam khususnya tanaman tradisional sehingga
diperoleh banyak gambaran khasiat dari tanaman tersebut terutama untuk
pengobatan walaupun proses penyembuhannya agak lama jika dibandingkan obat
kimia.
Diperlukan
suatu penelitian untuk mengetahui secara pasti senyawa mana dari Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) yang mempunyai khasiat anti bakteri dengan cara isolasi.
DAFTAR
PUSTAKA
AMELIA, a 2004 Mahkota Dewa sebagai Bahan obat
ditinjau dari segi Kedokteran dan Islam.WWW.bicara muslim.com.
Anggun Aji Mukti 2005. Steptococcus pyogenes
(Streptococcus beta hemolyticus Group A).
Aravena NA. 1993. Identification of Streptococcus,
Europe Journal of Clinical Microbiology 12 (2) hal 21 - 23
Aulia ajizah, 2007 .Potensi ekstrak Kayu Ulin (
Eusideroxylon zwageri T.et B} dalam menghambat pertumbuhan
bakteriStaphylococcus aureua secara in vitro . Program studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
De Padma L.S, Bunyaprahatsara, Lemmens HHMJ. 1999.
Plant resource of South Asia. Vol 12 (1) hal 34 – 36
Di Carlo G, MA scolo N, Izzo AA, Capasso F. 1999. Flavonoid:
old and new aspect of a class of natural therapeutic drugs. Life Sci. Hal 337 –
353.
Dallon, HC, 1982. Dental Microbiology Harper and Row,
Publisher Philadelphia. Hal 150.
Evy Trama 2008, Daya Anti Bakteri Ekstrak Makuta Dewa
(Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl) Terhadap Bakteri Streptococcus alpha
Haemolyticus Skripsi FKG UA Surabaya.
Hembing ,2002. Tanaman Obat Tradisional dan
Pengembangannya. Jakarta hal 93 99
Jawetz, E, Melvick, Jl, Adelberg, E.A. 1986.
Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (teri), edisi 16. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran . hal 245
Judichung, 2009 . rarepalmseeds.com-palm sedes,
cycadseeds, banana sedes
Lenny, Sovia 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil
Propanoida dan Alkaloida. Departemen Kimia Fakultas MIPA USU. Medan. Hal 14,18
Lisdawati V. 2002. Buah Mahkota Dewa . Toksisitas efek
antioksidan dan efek anti kanker berdasarkan uji penapisan farmakologi. www.
Mahkota Dewa .com . hal 1 – 2.
Lusi, 2005 .Majalah Flona Edisi 27/II-mei.hal 13-14, 23
Mills et al dan Wiryowidagdo , 2000. “Aktivitas
Antioksidan dan Antibakteri Produk kering, Instan dan Effervescent Dari Buah
Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa). Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan
Indira Nur C. Prosiding Seminar Nasional dan Konggres Perhimpunan Ahli
Tehnologi Pangan Indonesia (PATPI) di Jakarta 17 – 18 Desember 2004”.
Ning Hermanto .2001. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para
Dewa . Jakarta : Agromedia Pustaka
Nugroho B,2007 Khasiat Mahkota Dewa
Ryan KJ, Ray CG, ed ,2004. Kedokteran Sherris.
Mikrobiologi 4
Soedibyao, 1998 Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan
kegunaan 1 st ed Balai Pustaka .Pp 29-35
Winarto, 2003,” Aktifitas Antioksidan dan Antibakteri
Produk kering, Instan dan Effervescent dari Buah Mahkota Dewa (Paleria
macrocarpa).
Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C.
Prosiding Seminar Nasional dan Konggres Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
Indonesia (PAYPI) di Jakarta 17-18 Desember 2004”
(htpp://respository.usu.id)