UJI BAKTERIOLOGI AIR MINUM ISI ULANG DI
KOTA BATU DITINJAU DARI NILAI MPN COLIFORM TAHUN
2010
Oleh
Ika
Wuri Mahdiasanti
Dosen AAKMAL Malang
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
keberadaan bakteri Coliform pada air minum isi ulang di Kota Batu dengan
menggunakan tabel MPN ragam 7 tabung sebagai acuan untuk mengetahui nilai
jumlah perkiraan total dari bakteri Coliform dan Coliform fecal
yang terkandung dalam air minum isi ulang tersebut.
Penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Quota Sampling dimana pengambilan
sampel hanya difokuskan dalam pemenuhan Quota (jatah) tanpa didasari oleh
penilaian-penilaian lain. Sampel diambil di empat kecamatan di Kota Batu dengan
total 20 sampel sebanyak 20 depo air
minum isi ulang. Proses identifikasi sampel dilakukan di UPTD Laboratorium
Kesehatan, Dinas Kesehatan Pemkot Malang. Identifikasi awal dilakukan dengan
test perkiraan. Test perkiraan dilakukan dengan menggunakan 7 buah tabung
Lactosa Broth (ragam 7 tabung) dengan pembagian @10 ml sampel untuk 5 tabung, 1
ml sampel untuk 1 tabung, 0,1 ml sampel untuk 1 tabung yang kemudian diinkubasi
pada suhu 35° C selama 2 x 24 jam.
Identifikasi ke dua dilakukan dengan test penegasan. Test penegasan dilakukan
dengan menanam kembali hasil test perkiraan yang positif sebanyak 1 ose pada
dua tabung media BGLB, dan diinkubasi pada suhu 35° C dan 45° C selama 2 x 24 jam. Hasil test penegasan yang
positif dicocokkan dengan tabel MPN ragam 7 tabung. Hasil analisa adalah 60%
sampel (12 sampel dari 20 sampel) dari kota Batu terkontaminasi bakteri Coliform
karena mempunyai nilai MPN > 0, yaitu Kecamatan Sisir 25% (5 sampel),
Kecamatan Beji 10% (2 sampel), Kecamatan Junrejo 10% (2 sampel), dan Kecamatan
Bumiaji 15% (3 sampel).
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa produk air
minum isi ulang dari 12 depo air minum isi ulang di Kota Batu tidak memenuhi
syarat sebagai air minum berdasarkan Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tanggal 19 April 2010. hal ini disebabkan oleh proses sterilisasi dari depo air
minum isi ulang yang kurang maksimal atau sumber air yang mempunyai nilai MPN
tinggi.
Kata
kunci: Air Minum Isi Ulang, Bakteri Coliform
PENDAHULUAN
Air merupakan materi esensial di dalam kehidupan.
Tidak ada satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel
hidup misalnya, baik tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air,
yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan,
tersusun oleh air.(Suriawiria, Unus, 2004, hal 64-73) Berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan (1994),
keperluan air di Indonesia adalah 60 Liter per kapita, meliputi mandi 30 Liter,
minum 15 Liter, dan sisanya untuk keperluan lainnya.
Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan.
Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah,
mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari
industri. Air tanah sudah tidak aman untuk dijadikan sumber untuk air minum
karena sudah tercemar oleh rembesan dari tangki septik dan rembesan air dari
permukaan.(Suriawiria, Unus, 2004)
Minimnya air bersih yang dapat diolah sebagai air
minum, merupakan salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang
disebut-sebut menggunakan air pegunungan sebagai bahannya banyak dikonsumsi.
Namun harga AMDK dari beberapa merek yang terus meningkat membuat konsumen
mencari alternatif baru yang murah. Hanum, Farida, 2002)
Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang
bisa diperoleh dari depo-depo itu harganya bisa sepertiga dari air minum dalam
kemasan yang bermerek, karena itu banyak rumah tangga beralih ke layanan ini.
Hal inilah yang menyebabkan depo-depo air minum isi ulang bermunculan.
Keberadaan depo air minum isi ulang terus meningkat seiring dengan keperluan
masyarakat akan kualitas air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.
Mengingat bahwa air minum yang dijual pada depot air
minum rawan pencemaran karena faktor lokasi, penyajian dan pengemasan yang
dilakukan secara tebuka dengan menggunakan wadah botol air minum kemasan isi
ulang sehingga konsumen perlu mewaspadai kemungkinan adanya pencemaran mikroba,
khususnya
bakteri Coliform yang dicurigai berasal dari tinja. Oleh karena itu
kehadiran bakteri ini di dalam berbagai tempat mulai dari air minum, bahan
makanan ataupun bahan-bahan makanan lain untuk keperluan manusia, tidak
diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya hubungan antara tinja dan
bakteri Coliform, jadilah kemudian bakteri ini sebagai indikator alami
kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau benda misalnya
air minum didapatkan bakteri ini, langsung ataupun tidak langsung air minum
tersebut dicemari oleh materi fekal. .(Suriawiria,
Unus, 2004)
Menurut ketentuan
WHO (World Health Organization) dan APHA (American Public Health Association),
kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri Coliform di
dalamnya, yaitu untuk air minum dan air lainnya. Berdasarkan metode standar
dari APHA, untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform bisa menggunakan
cara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan table hapkins, atau yang
lebih dikenal dengan MPN (Most Portable Number) atau tabel JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat). Tabel tersebut digunakan untuk memperkirakan jumlah
bakteri Coliform di dalam 100 ml contoh air. .(Suriawiria, Unus, 2004)
Berdasarkan hasil
penelitian Widiyanti (2003), menunjukkan bahwa dua dari tiga depot air minum
isi ulang di Kota Singaraja terdapat Coliform, yaitu depot A terdapat Coliform 4,4 per 100
ml, depot C terdapat bakteri Coliform 7,5 per 100 ml dengan pengambilan
sampel yang dilakukan di Kota Singaraja Bali. (Zuhri, Shofyan,
2009)
Di
Indonesia syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum harus sesuai dengan
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010,
mensyaratkan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter mikrobiologi
adalah:
1).Escherichia
coli
untuk satuan jumlah per 100 ml sampel adalah 0.
2). Total
bakteri Coliform untuk satuan jumlah per 100 ml sampel adalah 0
Bakteri Coliform
dan E. coli
Golongan
bakteri Coliform merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan
makanan dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya yang mempunyai persamaan
sifat: gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu
memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37C dengan membentuk asam dan
gas di dalam 48 jam. .(Suriawiria, Unus, 2003)
Bakteri Coliform berdasarkan
asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan
1).Coiliform fekal
Bakteri Coliform yang berasal
dari tinja manusia, seperrti Escherichia coli.
2).Coliform non fekal
Bakteri Coliform
yang bukan berasal dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau
tanaman yang telah mati, seperti Aerobacter dan Klebsiella.
.(Suriawiria, Unus, 2003)
Sifat-sifat
bakteri Coliform yang penting
1). Mampu tumbuh baik pada beberapa
jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen
organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana
sebagai sumber nitrogen.
2). Mempunyai sifat dapat mensintesa
vitamin.
3). Mempunyai interval pertumbuhan
antara 10 – 46,5C.
4). Mampu menghasilkan asam dan gas.
5). Dapat menghilangkan rasa pada bahan
pangan.
Bakteri Escherichia
coli
Escherichia
coli
adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia
sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer
pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan
infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. (Zuhri, Shofyan, 2009)
Escherichia
coli
sebagai salah satu contoh terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam
saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia
coli mula-mula diisolasi oleh Escherich (1885) dari tinja bayi. Sejak
diketahui bahwa jasad tersebut tersebar pada semua individu, maka analisis
bakteriologi air minum ditujukan pada semua individu, maka analisis
bakteriologi air minum ditujukan kepada kehadiran jasad tersebut.(Suriawiria,
Unus, 2003)
Kota Batu
memiliki banyak sumber air alami yang masih sedikit mempunyai resiko
pencemaran. Keadaan ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengolahnya
menjadi produk air minum isi ulang. Tidak sedikit warga sekitar dan wisatawan
yang berkunjung ke Kota Batu menjadikan produk air minum isi ulang tersebut
untuk dijadikan sebagai alternatif air minum yang dikonsumsi. Hal inilah yang
mendorong peneliti untuk mengetahui berapa nilai MPN dari 20 depo air minum isi
ulang di Kota Batu, mengingat kasus yang pernah terjadi di Singaraja Kota Bali
yang juga merupakan kota wisata yang memiliki sumber air alami.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat
bakteri Coliform pada sampel air minum isi ulang yang diambil di empat
Kecamatan Kota Batu?
Secara khusus permasalahan prenelitian ini antara lain:
.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri Coliform
pada air minum isi ulang yang diambil di empat Kecamatan Kota Batu
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya bakteri Coliform pada air minum isi ulang di empat
Kecamatan kota Batu dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium
Populasi penelitian adalah 20 depot di 4 kecamatan kota Batu,
yaitu kecamatan Sisir, Beji, Junrejo, dan Bumiaji Kota Batu. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quota Sampling, yaitu dilakukan
dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah.
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dari
penelitian ini adalah uji mikrobiologi air minum. Alasan penentuan variabel ini
adalah uji mikrobiologi yang digunakan mempengaruhi hasil pemeriksaan (jumlah
bakteri Coliform). Sedangkan Variabel terikat dari penelitian ini adalah
jumlah bakteri Coliform.
Peraltan
dan bahan yang digunakan dalam penelitini ini adalah:
1). Peralatan penelitian antara lian a. Neraca analitik, b.Gelas arloji, c. Beaker
glass 500 ml, d. Batang pengaduk, e. Gelas ukur 500 ml, f. Tabung reaksi ukuran
10 x 160 mm, g. Tabung durham, h. Pipet volume 10 ml, i. Pipet volume 10 ml dan
1 ml yang sudah disterilkan, j.Rak tabung reaksi, k. Pembakar/ Bunesn, Kapas
dan alcohol, Inkubator 35°C dan 44°C.
2). Bahan
penelitian antara lain: a. Lactosa Broth, b.BGLB, c. Aquadest, c.Media Lactosa Broth Single
Strength (SS), d. Media Lactosa Broth Double Strength (DS), e. Media BGLB
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti benar-benar mengambil bagian
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan sasaran pengamatan (observee).
Mekanisme
pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1).
Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria subyek penelitian.
2).
Mengambil sampel air minum isi ulang.
3).
Peneliti meminta keterangan-keterangan tentang sampel yang berguna untuk
penelitian
kepada pengelola depot air minum isi ulang tersebut.
5).
Peneliti mencatat keterangan-keterangan sampel yang telah diperoleh.
Mode analisa data yang digunakan sesuai dengan jenis
penelitian, maka analisa data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif yang
disajikan secara tabulatif dan naratif yairu penyajian data hasil penelitian
dalam bentuk tabel dan kalimat, kemudian diambil kesimpulan tentang jumlah
bakteri Coliform berdasarkan tabel MPN yang didapat dari sampel-sampel
yang telah diuji.
.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengeumpulan dan pengolahan data, maka hasil
test penegasan sebagai berikut:
1. Proporsi Persentase Hasil Test
Penegasan untuk Keseluruhan Sampel di Kota Batu
a.Perhitungan Proporsi Persentase Hasil Test Penegasan untuk
Sampel yang Positif di Kota Batu
Proporsi = 12 x 100%
20
=
60%
Jumlah sampel positif yang mengandung Escherichia coli
dan bakteri Coliform fecal di kota Batu adalah 12 dari 20 sampel atau
60% dari 100%, yang terdiri dari:
1.
Kecamatan Sisir
Di kecamatan Sisir terdapat 5 sampel yang positif mengandung Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah
25%.
2.
Kecamatan Beji
Di kecamatan Beji terdapat 2 sampel yang positif mengandung Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah
10%.
3.
Kecamatan Junrejo
Di kecamatan Junrejo terdapat 2 sampel yang positif mengandung Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah
10%.
4.
Kecamatan Bumiaji
Di kecamatan Bumiaji terdapat 3 sampel yang positif mengandung Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah
15%.
Gambar 1. Grafik
Proporsi Persentase Hasil Test Penegasan
untuk Sampel yang Positif di Kota Batu
Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa 60%
sampel positif di Kota Batu, terdiri dari: kecamatan Sisir 25%, kecamatan Beji
10%, kecamatan Junrejo 10%, dan kecamatan Bumiaji 15%.
b. Perhitungan Proporsi Persentase
Hasil Test Penegasan untuk Sampel yang Negatif di Kota Batu
Jumlah sampel negatif yang tidak mengandung Escherichia coli
dan bakteri Coliform fecal di kota Batu adalah 8 dari 20 sampel atau 40%
dari 100%, yang terdiri dari:
1.
Kecamatan Sisir
Di kecamatan Sisir terdapat 0 sampel yang negatif mengandung Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah
0%.
2. Kecamatan Beji
Di
kecamatan Beji terdapat 3 sampel yang negatif mengandung Escherichia coli
dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah 15%.
3. Kecamatan Junrejo
Di
kecamatan Junrejo terdapat 2 sampel yang negatif mengandung Escherichia coli dan bakteri Coliform fecal.
Jadi proporsi persentasenya adalah 15%.
4. Kecamatan Bumiaji
Di
kecamatan Bumiaji terdapat 2 sampel yang negatif mengandung Escherichia coli
dan bakteri Coliform fecal. Jadi proporsi persentasenya adalah 10%.
Gambar 2. Grafik
Proporsi Persentase Hasil Test Penegasan
untuk Sampel yang Negatif di Kota Batu
Berdasarkan gambar 1 dan 2, diketahui bahwa 40% sampel negatif di Kota Batu, terdiri dari: kecamatan Sisir 0%, kecamatan Beji 15%, kecamatan Junrejo 15%, dan kecamatan Bumiaji 10%.
2. Proporsi
Persentase Hasil Test Penegasan untuk Masing-masing Kecamatan di Kota Batu
a. Proporsi Persentase Hasil Test
Penegasan untuk Sampel yang Positif di Masing-masing Kecamatan Kota Batu
1.
Kecamatan Sisir
Jumlah sampel di kecamatan Sisir adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan positif ada 5 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
positif di kecamatan tersebut adalah 100%.
2.
Kecamatan Beji
Jumlah sampel di kecamatan Beji adalah 5 sampel, dan sampel yang
ditemukan positif ada 2 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang positif di
kecamatan tersebut adalah 40%.
3.
Kecamatan Junrejo
Proporsi = 2 x 100%
5
=
40%
Jumlah sampel di kecamatan Junrejo adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan positif ada 2 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
positif di kecamatan tersebut adalah 40%.
4.
Kecamatan Bumiaji
Jumlah sampel di kecamatan Bumiaji adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan positif ada 3 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
positif di kecamatan tersebut adalah 60%.
b. Proporsi Persentase Hasil Test
Penegasan untuk Sampel yang Negatif di Masing-masing Kecamatan Kota Batu
1.
Kecamatan Sisir
Jumlah sampel di kecamatan Sisir adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan negatif ada 0 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
negatif di kecamatan tersebut adalah 0%.
2.
Kecamatan Beji
Jumlah sampel di kecamatan Beji adalah 5 sampel, dan sampel yang
ditemukan negatif ada 3 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang negatif di
kecamatan tersebut adalah 60%.
3.
Kecamatan Junrejo
Jumlah sampel di kecamatan Junrejo adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan negatif ada 3 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
negatif di kecamatan tersebut adalah 60%.
4.
Kecamatan Bumiaji
Jumlah sampel di kecamatan Bumiaji adalah 5 sampel, dan sampel
yang ditemukan negatif ada 2 sampel. Jadi proporsi persentase sampel yang
negatif di kecamatan tersebut adalah 40%.
untuk
Masing-masing Kecamatan di Kota Batu
3.Perkiraan Hasil
Penilaian Test Penegasan
Untuk menetapkan perkiraan hasil penilaian dari tabel MPN,
digunakan beberapa ketentuan sebagai berikut:
1). TC negatif (-)
dan FC negatif (-) = Tidak ada resiko.
2).
TC positif (+) dan FC negatif (-) = Resiko rendah.
3).
TC positif (+) dan FC positif (+) = Resiko tinggi.
Bila terjadi TC negatif (-) dan FC positif
(+) atau nilai MPN FC > nilai MPN TC = Resiko tinggi (besar kemungkinan
terjadi kesalahan analisa).
Keterangan:
TC = Total Coliform (Coliform
Total).
FC = Fecal Coliform (Coliform
Tinja).
Tabel 1 Tabel Perkiraan Hasil
Penilaian Test Penegasan dari 20 sampel
No Sampel
|
Lokasi Pengambilan Sampel
|
Perkiraan Hasil Penilaian
|
1
|
Kecamatan Sisir
|
Resiko Tinggi
|
2
|
Resiko Rendah
|
|
3
|
Resiko Rendah
|
|
4
|
Resiko Rendah
|
|
5
|
Resiko Rendah
|
|
6
|
Kecamatan Beji
|
Tidak Ada Resiko
|
7
|
Tidak Ada Resiko
|
|
8
|
Resiko Tinggi
|
|
9
|
Tidak Ada Resiko
|
|
10
|
Resiko Tinggi
|
|
11
|
Kecamatan Junrejo
|
Tidak Ada Resiko
|
12
|
Resiko Tinggi
|
|
13
|
Tidak Ada Resiko
|
|
14
|
Tidak Ada Resiko
|
|
15
|
Resiko Tinggi
|
|
16
|
Kecamatan Bumiaji
|
Resiko Tinggi
|
17
|
Resiko Tinggi
|
|
18
|
Resiko Tinggi
|
|
19
|
Tidak Ada Resiko
|
|
20
|
Tidak Ada Resiko
|
4.Proporsi
Persentase Hasil Penilaian Test Penegasan untuk Jumlah Sampel Keseluruhan di
Kota Batu
Proporsi Persentase
Hasil Penilaian Test Penegasan di kota Batu
Proporsi Persentase
“Tidak Ada Resiko”
Jumlah sampel di kota Batu adalah 20 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian tidak ada resiko ada 8 sampel. Jadi
proporsi persentase tidak ada resiko di kota Batu adalah 40%.
Proporsi
Persentase “Resiko Rendah”
Jumlah sampel di kota Batu adalah 20 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko rendah ada 4 sampel. Jadi proporsi
persentase resiko rendah di kota Batu adalah 20%.
Proporsi
Persentase “Resiko Tinggi”
Jumlah sampel di kota Batu adalah 20 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko tinggi ada 8 sampel. Jadi proporsi
persentase resiko tinggi di kota Batu adalah 40%.
Gambar 4. Grafik
Proporsi Persentase Hasil Penilaian Test Penegasan
untuk Jumlah Sampel
Keseluruhan di Kota Batu
Berdasarkan gambar 4, diketahui bahwa dari 20 sampel keseluruhan
di Kota Batu yang tidak mempunyai resiko adalah 40%, resiko rendah 20%, dan
resiko tinggi 40%.
5.Proporsi
Persentase Hasil Penilaian Test Penegasan untuk Masing-masing Kecamatan di kota
Batu
Kecamatan Sisir
1.
Tidak Ada Resiko
Jumlah sampel di kecamatan Sisir adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian tidak ada resiko ada 0 sampel. Jadi
proporsi persentase tidak ada resiko di kecamatan Sisir adalah 0%.
2.
Resiko Rendah
Jumlah sampel di kecamatan Sisir adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko rendah ada 4 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko rendah di kecamatan Sisir adalah 80%.
3.
Resiko Tinggi
Jumlah sampel di kecamatan Sisir adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko tinggi ada 1 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko tinggi di kecamatan Sisir adalah 20%.
Kecamatan Beji
1.
Tidak Ada Resiko
Jumlah sampel di kecamatan Beji adalah 5 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian tidak ada resiko ada 3 sampel. Jadi
proporsi persentase tidak ada resiko di kecamatan Beji adalah 60%.
2.
Resiko Rendah
Jumlah sampel di kecamatan Beji adalah 5 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko rendah ada 0 sampel. Jadi proporsi
persentase resiko rendah di kecamatan Beji adalah 0%.
3.
Resiko Tinggi
Jumlah sampel di kecamatan Beji adalah 5 sampel, dan sampel yang
mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko tinggi ada 2 sampel. Jadi proporsi
persentase resiko tinggi di kecamatan Beji adalah 40%.
Kecamatan
Junrejo
1.
Tidak Ada Resiko
Jumlah sampel di kecamatan Junrejo adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian tidak ada resiko ada 2 sampel. Jadi
proporsi persentase tidak ada resiko di kecamatan Junrejo adalah 40%.
2.
Resiko Rendah
Jumlah sampel di kecamatan Junrejo adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko rendah ada 0 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko rendah di kecamatan Junrejo adalah 0%.
3.
Resiko Tinggi
Jumlah sampel di kecamatan Junrejo adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko tinggi ada 3 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko tinggi di kecamatan Junrejo adalah 60%.
Kecamatan
Bumiaji
1.
Tidak Ada Resiko
Jumlah sampel di kecamatan Bumiaji adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian tidak ada resiko ada 2 sampel. Jadi
proporsi persentase tidak ada resiko di kecamatan Bumiaji adalah 40%.
2.
Resiko Rendah
Jumlah sampel di kecamatan Bumiaji adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko rendah ada 0 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko rendah di kecamatan Bumiaji adalah 0%.
3.
Resiko Tinggi
Jumlah sampel di kecamatan Bumiaji adalah 5 sampel, dan sampel
yang mempunyai perkiraan hasil penilaian resiko tinggi ada 3 sampel. Jadi
proporsi persentase resiko tinggi di kecamatan Bumiaji adalah 60%.
untuk Masing-masing
Kecamatan di Kota Batu
Dari
gambar 5 dapat diketahui bahwa:
1). Untuk kecamatan Sisir persentase tidak ada resiko adalah 0%,
resiko rendah 80%, dan resiko tinggi 20%.
2). Untuk kecamatan Beji persentase tidak ada resiko adalah 60%,
resiko rendah 0%, dan resiko tinggi 40%.
3). Untuk kecamatan Junrejo persentase tidak ada resiko adalah
40%, resiko rendah 0%, dan resiko tinggi 60%.
4). Untuk kecamatan Bumiaji persentase tidak ada resiko adalah
40%, resiko rendah 0%, dan resiko tinggi 60%.
Pembahasan
Data Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa
dari 4 kecamatan kota Batu yang telah diperiksa, terdapat hanya 8 sampel (40%)
yang mempunyai nilai MPN 0 atau bisa dikatakan bebas dari Escherichia coli
dan Coliform fecal, yaitu sampel yang berasal dari kecamatan Beji 3
sampel (no 6, 7, 9), Junrejo 3 sampel (no 11, 12, 14), dan Bumiaji 2 sampel (no
19, 20). Apabila dilihat dari per kecamatan, proporsi persentase sampel yang
mempunyai nilai MPN 0 adalah kecamatan Sisir 0%, kecamatan Beji 60%, kecamatan
Junrejo 60%, dan kecamatan Bumiaji 40%.
Sampel yang tidak memenuhi syarat atau mempunyai nilai
MPN coli > 0 ada 12 sampel (60%), yaitu sampel yang berasal dari
kecamatan Sisir 5 sampel (no 1, 2, 3, 4, 5), kecamatan Beji 2 sampel (no 8,
10), Junrejo 2 sampel (no 13, 15), dan Bumiaji 3 sampel (no 16, 17, 18).
Apabila dilihat dari per kecamatan, proporsi persentase sampel yang mempunyai
nilai MPN > 0 adalah kecamatan Sisir 100%, kecamatan Beji 40%, kecamatan
Junrejo 40%, dan kecamatan Bumiaji 60%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) dari
sampel yang telah diperiksa masih belum memenuhi syarat sebagai air minum,
apalagi untuk diperjual belikan sebagai produk air minum isi ulang.
Resiko
Tidak Ada
Berdasarkan hasil penilaian (untuk MPN per 100 ml)
pada tabel 1.5 telah diketahui sampel-sampel yang tidak mempunyai resiko
sebanyak 8 sampel, yang terdiri dari: kecamatan Sisir 0 sampel, kecamatan Beji
3 sampel, kecamatan Junrejo 2 sampel, dan kecamatan Bumiaji 2 sampel.
“Resiko tidak ada” adalah hasil penilaian untuk sampel
yang dinilai aman untuk dikonsumsi oleh konsumen karena dalam sampel tidak
ditemukan Escherichia coli maupun bakteri Coliform fecal.
Resiko
Rendah
Berdasarkan hasil penilaian (untuk MPN per 100 ml)
pada tabel 1.5 telah diketahui sampel-sampel yang mempunyai resiko rendah
sebanyak 4 sampel, yang hanya terdapat di kecamatan Sisir dan tidak ditemukan
pada kecamatan yang lain.
“Resiko rendah”
adalah hasil penilaian untuk sampel yang tidak memenuhi syarat karena telah
ditemukan kontaminasi Escherichia coli pada sampel air minum. Sampel air
minum isi ulang ini mempunyai resiko infeksi yang rendah apabila dikonsumsi,
namun hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi Escherichia coli
karena kemungkinan infeksi juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain seperti nilai
MPN Escherichia coli dan keadaan imunitas konsumen.
Resiko
Tinggi
Berdasarkan hasil penilaian (untuk MPN per 100 ml)
pada tabel 1.5 telah diketahui sampel-sampel yang mempunyai resiko tinggi
sebanyak 8 sampel, yang terdiri dari: kecamatan Sisir 1 sampel, kecamatan Beji
2 sampel, kecamatan Junrejo 3 sampel, dan kecamatan Bumiaji 3 sampel.
“Resiko tinggi”
adalah hasil penilaian untuk sampel yang tidak memenuhi syarat karena telah
ditemukan kontaminasi Escherichia coli dan bakteri Coliform fecal
pada sampel air minum. Penyebab utama dari resiko tinggi adalah ditemukannya Coliform
fecal, namun resiko tinggi bisa juga disebabkan oleh kesalahan analisa.
Kesalahan-kesalahan analisa yang mungkin bisa menyebabkan resiko tinggi adalah:
1.
Kondisi yang
kurang steril, seperti belum mencuci tangan dengan desinfektan, dan meja lab belum di sterilkan dengan
desinfektan (disemprot dengan alkohol 70%).
2.
Jarum ose yang
digunakan kurang steril, mungkin pada waktu pensterilan, kondisi “red heat”
belum tercapai dan posisi jarum kurang tegak.
3.
Kesalahan dalam
melihat hasil penanaman pada test penegasan atau pada test perkiraan.
Pada
penelitian juga ditemukan resiko tinggi palsu, yaitu pada sampel no. 12 di
kecamatan Junrejo.
Pencemaran
Escherichia coli dan Bakteri Coliform fecal
Ditemukannya kontaminasi Escherichia
coli dan bakteri Coliform fecal pada air minum isi ulang bisa
disebabkan oleh berbagai hal, beberapa diantaranya adalah:
1.
Jarak yang
ditempuh antara depo air minum isi ulang dan sumber air bahan baku. Semakin
jauh jarak tempuh, maka semakin tinggi resiko kontaminasi.
2.
Keadaan sanitasi
sarana transportasi yang digunakan untuk mengangkut sumber air bahan baku.
3.
Kondisi sumber
air bahan baku.
Kondisi sumber air bahan baku sangat dipengaruhi oleh
keadaan sanitasi lingkungan sekitar. Semakin sanitasinya buruk, maka semakin
tinggi resiko kontaminasi.
4.
Sistem dan
piranti yang digunakan depo air minum isi ulang untuk mengolah sumber air bahan
baku masih belum memenuhi standard sehingga tidak mampu untuk mematikan bakteri
tersebut.
5.
Sistem
penyaringan dan sterilisasi yang digunakan sudah waktunya diperbaiki atau
diganti.
Air bahan baku yang digunakan oleh depo air minum,
diproses dengan menggunakan 2 sistem, yaitu penyaringan dan sterilisasi
(kebanyakan sterilisasi menggunakan sinar UV).
Pencegahan
Pencemaran Escherichia coli dan Bakteri Coliform fecal
Mengingat Escherichia coli dan bakteri Coliform
fecal adalah bakteri yang hidup di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan
berdarah panas, maka besar kemungkinan pencemaran berasal dari tinja manusia
atau hewan berdarah panas. Namun hal ini bisa dihindari dengan melakukan
langkah-langkah sanitasi yang baik, seperti:
1.
Menghindari buang
air besar di sembarang tempat.
Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi air tanah
melalui resapan pada permukaan tanah.
2.
Menghindari buang air besar di sungai dan sumber-sumber
air lainnya.
Langkah-langkah di atas dapat dilaksanakan dengan
menetapkan teknik pembuangan tinja yang tepat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.
Sampel positif di
kota Batu sebanyak 12 sampel (60%), terdiri dari kecamatan Sisir 5 sampel (25%),
kecamatan Beji 2 sampel (10%), kecamatan Junrejo 2 sampel (10%), dan kecamatan
Bumiaji 3 sampel (15%).
2.
Sampel negatif di
kota Batu sebanyak 8 sampel (40%), terdiri dari kecamatan Sisir 0 sampel (0%),
kecamatan Beji 3 sampel (15%), kecamatan Junrejo 3 sampel (15%), dan kecamatan Bumiaji 2
sampel (10%).
3.
Dari 20 sampel keseluruhan di Kota Batu, sampel yang tidak mempunyai
resiko adalah 8 sampel (40%), resiko rendah 4
sampel (20%), dan resiko tinggi 8 sampel (40%).
4.
Ada 2 kemungkinan
apabila ditemukan Escherichia coli dan bakteri Coliform fecal
dalam produk air depo air minum isi ulang, yaitu:
a.
Sumber air yang
digunakan sebagai bahan baku produk tersebut sudah tercemar.
b.
Proses
sterilisasi dari depo tersebut masih kurang maksimal.
Saran
Dari penelitian yang telah dilaksanakan,
maka0 peneliti menyarankan:
1.
Konsumen
sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih produk air minum isi ulang yang akan
dikonsumsi, alangkah baiknya kalau konsumen lebih memilih depo air minum isi
ulang yang sudah mendapatkan ijin dari Departemen Kesehatan dan memiliki hasil
laboratorium untuk produknya minimal 3 bulan terakhir.
2.
Produsen
sebaiknya selalu meningkatkan kualitas pelayanannya dengan meningkatkan
kualitas produk air yang akan dihasilkan.
3.
Produsen selalu
memantau kualitas peralatan dan kapasitas pemakaian alat sehingga dapat
diketahui kapan alat tersebut harus diperbaiki atau diganti.
4.
Produsen
senantiasa memeriksakan produk air minum yang dihasilkan, sehingga dapat
memantau peralatan yang digunakan, kualitas bahan baku air yang dipakai, dan
produk air minum yang dihasilkan.
5.
Sistem dan alat
pengolahan air minum depo sebaiknya mendapat sertifikasi dari lembaga yang
memiliki kompetensi.
6.
Dinas kesehatan
Pemerintah Daerah seyogyanya mewajibkan depo air minum untuk memeriksakan
produknya ke laboratorium yang telah diakreditasi minimal tiap 3 bulan untuk
parameter biologi dan 6 bulan untuk parameter kimia, kemudian melaporkan
hasilnya.
7.
Untuk mencegah
kontaminasi Escherichia coli dan bakteri Coliform fecal, depo air
minum isi ulang melakukan proses sterilisasi yang sesuai standard kesehatan
kualitas air minum.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Metode
Statistik untuk Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Depkes RI, Ditjen PPM dan PLP, PAIR. Pedoman
Pelatihan bagi Petugas Pelatih Propinsi dalam Bidang Pengawasan Kualitas Air
Minum. 2009
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air
dan Udara. Yogyakarta: Kansus.
Gunawan, dkk. 2004. Pedoman Penyajian
Karya Ilmiah. Bogor: IPB Press.
Hanum, Farida. 2002. Proses
Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum. PDF. http://repository.usu.ac.id. diakses 5
November 2010.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Edisi: Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Prayitno, Agus. 2009. Uji Bakteriologi Air Baku dan Siap Konsumsi
dari PDAM Surakarta ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform. PDF.
http://www.scribd.com. diakses 5 November 2010.
Putra, De Lux. 2005. Pemeriksaan Cemaran Bakteri dan Beberapa
Logam Berat pada Air Minum Isi Ulang yang Beredar di Kota Medan. PDF. http://etd.eprints.ums.ac.id.
diakses tanggal 5 November 2010.
Setiawan. 2004. Analisis Bakteri Coliform pada Makanan Olahan di Kantin Pusat Institiut
Teknologi 10 Nopember Surabaya. PDF, http://www.google.com/googlesearch/coliform. diakses 5 November 2010.
Suriawiria, Unus. 2003. Mikrobiologi
Air dan Dasar-dasar Pengolahan Secara Biologis. Bandung: Angkasa.
Widiyanti dan Ristiati. 2004. Analisis
Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja
Bali. Jurnal Ekologi kesehatan Vol 3 No 1: 64 – 73.
Zuhri, Shofyan. 2009. Pemeriksaan
Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suriawiria, Unus. Mikrobiologi
Air dan Dasar-dasar Pengolahan Secara Biologis. Hal 5. 2003.
Widiyanti dan Ristiyanti. Analisis
Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja
Bali. Hal: 64 – 73. 2004.
Hanum, Farida. Proses Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air
Minum. 2002.
Suriawiria,
Unus. Ibid., Hal 105. 2003
Zuhri, Shofyan. Pemeriksaan
Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. 2009